Perpipaanuntuk industri bahan migas 3. Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah 4. Perpipaan untuk pengangkutan minyak 5. Perpipaan untuk proses pendinginan 6. Perpipaan untuk tenaga nuklir 7. Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas Selain dari penggunaan instalasi atau konstruksi seperti diterangkan diatas perlu pula diketahui Jenis aliran temperatur, sifat korosi, Faktor gaya serta kebutuhan lainnya dari aliran serta pipanya.
PERSYARATANPIPE LINE Beberapa persyaratan pipa untuk transportasi minyak adalah: Dinding dalam dari pipa harus halus, sehingga friksi sekecil mungkin. Cukup kuat menahan tekanan. Dapat membentuk saluran yang baik, dapat dibentuk sehubungan dengan profil dari tanah. Harus tahan terhadap reaksi kimia yang berasal dari minyak yang berada didalamnya maupun tanah (soil pada dinding luarnya). Harus tahan terhadap korosi sebagai akibat kemungkinan ada arus listrik.
. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ... Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad Shallawlahu Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini. Pada Artikel ini kami akan menjelaskan secara lengkap mengenai Sistem Perpipaan, Jenis dan Bahan Pipa Secara Umum dan Khusus. Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Taawuz أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ... Sistem Perpipaan di Industri Oil and Gas / Petochemical Sistem Perpipaan Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan transportasi fluida kerja antar peralatan equipment dalam suatu pabrik plant atau dari suatu tempat ke tempat yang lain sehingga proses produksi berlangsung. Sistem perpipaan piping system dilengkapi dengan komponen-komponen seperti katup, flens, belokan ellbow, percabangan, zozzle, reducer, tumpuan, isolasi dan lain-lain. Dalam dunia industri, biasanya dikenal beberapa istilah mengenai sistem perpipaan seperti piping dan pipeline. Piping adalah sistem perpipaan disuatu plant, sebagai fasilitas untuk mengantarkan fluida cair atau gas antara satu peralatan ke peralatan lainnya untuk melewati proses-proses tertentu. Piping ini tidak akan keluar dari satu wilayah plant. Sedangkan pipeline adalah sistem perpipaan untuk mengantarkan atau mengalirkan fluida antara satu plant ke plant lainnya yang biasanya melewati beberapa daerah. Ukuran panjang pipa biasanya memiliki panjang lebih dari 1 km tergantung jarak antar plant. Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem perpipaan bercabang yang sangat kompleks. Contoh sistem perpipaan adalah sistem distribusi air bersih pada gedung atau kota, sistem pengangkutan minyak dari sumur ke tandon atau tangki penyimpanan, sistem distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem distribusi uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya. Sistem perpipaan meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi tujuan, yaitu saringa strainer, katup, sambungan, nozzle dan lain sebagainya. Untuk sistem perpipaan yang menggunakan fluida cair umumnya dari lokasi awal fluida dipasang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran fluida. Saringan strainer dilengkapi dengan katup searah foot valve yang berfungsi mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat berupa sambngan penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan ellbow atau sambungan bentuk T tee dan masih banyak komponaen-komponen yang digunakan dalam sistem perpipaan. Jenis-jenis Pipa Dari sekian jenis pembuatan pipa, mulai dari material hingga kegunaannya pada umumnya pipa dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu 1. Jenis pipa tanpa sambungan, merupakan pembuatan pipa tanpa sambungan pengelasan. 2. Jenis pipa dengan sambungan, adalah pembuatan pipa dengan cara sambungan yang dilakukan dengan cara pengelasan. Bahan-bahan Pipa Secara Umum Bahan-bahan pipa yang dimaksud disini adalah struktur bahan baru pipa tersebut atau material yang digunakan pada saat pembuatan awal pipa dan dapat dibagi secara umum sebagai berikut 1. Baja Karboon carbon steel 3. Molibdenum karbon carbon moly 4. Galvanees 5. Ferro nikel 6. Stainlees steel 7. PVC polyvinyl chloride 8. Chrome moly Bahan-bahan Pipa Secara Khusus 1. Vibre glass 2. Aluminium 3. Besi tanpa tempa wrought iron 4. Tembaga copper 5. Kuningan merah red brass 6. Timah tembaga nickel tembaga 7. Besi timah krom nickel crome iron Demikian Artikel mengenai Penjelasan Lengkap Sistem Perpipaan, Jenis dan Bahan Pipa Secara Umum dan Khusus, kita akhiri dengan membaca Hamdallah الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.
ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresIndonesia merupakan negara dengan kelimpahan minyak dan gas alam; banyak perusahaan multinasional yang ingin mengeksplorasi potensi lapangan migas dan membangun kilang. Untuk melakukan ini, perlu adanya pembangunan infrastuktur eksplorasi dan memasang pipa untuk menjalankan produksi. Sayangnya, selama proses produksi terkadang kebocoran pipa tidak dapat dihindari mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan lingkungan. Karena potensi risiko ini, perlu untuk melakukan penilaian risiko di sepanjang pipa. Dalam penelitian ini, penilaian risiko dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Muhlbauer, yaitu model peringkat risiko. Model peringkat risiko adalah model yang dibangun dengan menerapkan analisis spasial; dan model akan ditampilkan di dalam perangkat lunak sistem informasi geografis SIG. Ada dua faktor kegagalan dalam model peringkat risiko, yaitu probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Dengan mengalikan kedua faktor, risiko dapat diketahui. Penilaian risiko pipa akan dilakukan dengan menghitung nilai risiko untuk setiap segmen pipa. Dengan melakukan ini, pemilik pipa dapat melihat penyebaran risiko atas segmen pipa. Selain itu, dasbor SIG berbasis web digunakan untuk melihat lokasi pipa dengan risikonya. Dengan demikian, ini akan membantu tingkat eksekutif untuk bertindak lebih cepat ketika melakukan proses mitigasi. Hasil dari penelitian ini adalah perangkat SIG dengan analisis penilaian risiko pada jaringan pipa minyak dan gas. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 297 IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO PADA JARINGAN PIPA MINYAK DAN GAS DENGAN METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Hazard Identification and Risk Analysis of Oil & Gas Pipelines Used Geography Information System Method Bagas Octavianto Pramono¹, Lucas Elbert Suryana², Pachira Eizza² 1Progam Studi Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada 2ESRI Indonesia Jl. Sekip, 55281, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Email octavbagas ABSTRAK Indonesia merupakan negara dengan kelimpahan minyak dan gas alam; banyak perusahaan multinasional yang ingin mengeksplorasi potensi lapangan migas dan membangun kilang. Untuk melakukan ini, perlu adanya pembangunan infrastuktur eksplorasi dan memasang pipa untuk menjalankan produksi. Sayangnya, selama proses produksi terkadang kebocoran pipa tidak dapat dihindari mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan lingkungan. Karena potensi risiko ini, perlu untuk melakukan penilaian risiko di sepanjang pipa. Dalam penelitian ini, penilaian risiko dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Muhlbauer, yaitu model peringkat risiko. Model peringkat risiko adalah model yang dibangun dengan menerapkan analisis spasial; dan model akan ditampilkan di dalam perangkat lunak sistem informasi geografis SIG. Ada dua faktor kegagalan dalam model peringkat risiko, yaitu probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Dengan mengalikan kedua faktor, risiko dapat diketahui. Penilaian risiko pipa akan dilakukan dengan menghitung nilai risiko untuk setiap segmen pipa. Dengan melakukan ini, pemilik pipa dapat melihat penyebaran risiko atas segmen pipa. Selain itu, dasbor SIG berbasis web digunakan untuk melihat lokasi pipa dengan risikonya. Dengan demikian, ini akan membantu tingkat eksekutif untuk bertindak lebih cepat ketika melakukan proses mitigasi. Hasil dari penelitian ini adalah perangkat SIG dengan analisis penilaian risiko pada jaringan pipa minyak dan gas. Kata kunci pipa, risiko, GISABSTRACTIndonesia is a country with an abundance of oil & natural gas reservation; there are many multinational companies are eager to explore the potential oil & gas field and to build a refinery here. For doing this, they need to build exploration infrastructures and to install pipelines when running production. Unfortunately, during the production process sometimes pipeline leaks could not be avoided resulting in major losses for the company and environment. Due to this potential risk, it is necessary to conduct risk assessment along the pipeline. In this study, a risk assessment is conducted with an approach developed by Muhlbauer, namely the risk rating model. It is a model that is built by applying spatial analysis; and the model will be shown inside the geospatial information system GIS software. There are two failure factors inside the risk rating model, namely probability of failure and consequence of failure. By multiplying both factors, the risk could be known. The pipeline risk assessment will be carried out by calculating risk value for each pipeline segment. By doing this, the pipeline owners could see the spread of the risk over the pipeline segment. Furthermore, the web-based GIS dashboard is used to see the location of the pipeline with its risk. Thus, this will help the executive level to act faster when doing mitigation process. The result of this research is a geographical information system GIS device with risk assessment analysis on oil and gas pipeline network. Keyword pipelines, risk, GIS PENDAHULUAN Minyak masih menjadi kebutuhan bahan bakar yang utama bagi manusia. Setiap hari dilakukan kegiatan eksplorasi untuk mencari sumber minyak baru. Indonesia merupakan negara dengan kelimpahan minyak dan gas alam; banyak perusahaan multinasional yang ingin mengeksplorasi potensi lapangan migas dan membangun kilang. Untuk melakukan ini, perlu adanya pembangunan Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan298 infrastuktur eksplorasi dan memasang pipa untuk menjalankan produksi. Kegiatan eksplorasi minyak banyak melibatkan jalur perpipaan pipelinesebagai alat mengalirkan atau memindahkan fluida. Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0025K/11/MEM/2010 tentang rencana induk jaringan transmisi dan distribusi gas nasional tahun 2010-2025 Indonesia Kementerian ESDM, 2010 akan membangun jaringan pipa penyalur gas yang baru dan hal ini memerlukan perancangan yang memenuhi kriteria. Selain itu Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. mengenai keselamatan kerja pipa transmisi minyak dan gas bumi Kementerian Pertambangan dan Energi, 1997; Martaningtyas & Ariesyady, 2018. Pipa penyalur pipeline merupakan sarana untuk mengalirkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain yang jalurnya sudah ditentukan terlebih dahulu. Pipa memiliki risiko kegagalan yang perlu diperhitungkan sehingga perlu adanya pemeriksaan. Pipa penyalur merupakan bagian yang paling sering mengalami kegagalan pada sebuah unit produksi minyak. Hal ini dikarenakan pipeline merupakan bagian terbesar dari unit tersebut sehingga peluang kegagalan yang juga besar dibandingkan dengan equipment lain. Dalam industri minyak dan gas, pipa penyalur ini memegang peranan yang sangat penting karena berfungsi untuk mengalirkan fluida minyak ataupun gas yang merupakan produk utama dari industri ini Prabowo et al., 2018. Penggunaan sistem perpipaan dalam industri minyak dan gas bumi sebagai sarana untuk menyalurkan produk minyak dan gas sangat efektif dan efisien, terutama dalam menempuh jarak yang jauh melalui laut maupun darat. Dilihat dari rute yang dilalui pipa sangat beragam, maka potensi bahaya dan risiko keselamatan seperti kebocoran, tumpahan, ledakan, dan pencemaran lingkungan dapat mungkin terjadi. Berbagai macam persoalan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik oleh faktor internal seperti korosi maupun faktor eksternal seperti lingkungan maupun masyarakat sekitar Muhlbauer, 2004. Distribusi yang dilakukan akan melewati daerah pedesaan, perkotaan, hutan, bahkan menyebrangi lautan. Dalam hal ini faktor keamanan pada saat pipeline beroperasi akan memegang peranan penting demi menjaga keselamatan manusia serta kelestarian lingkungan sekitarnya. Pendistribusian dari minyak dan gas melalui pipeline ini sangat beragam, antara lain dari sumur menuju tempat pengolahan atau antar-bangunan anjungan lepas pantai ataupun dari bangunan anjungan lepas pantai langsung ke darat. Sumber-sumber gas bumi tersebar di beberapa wilayah kepulauan di Indonesia, seperti Aceh, Kepulauan Riau, Natuna, Kalimantan Timur, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya. Untuk menjaga distribusi minyak dan gas melalui pipeline ini maka diperlukan tindakan awal untuk pencegahan kegagalan dalam pengaliran atau pendistribusian dari minyak dan gas yang dibawa oleh pipeline. Berbagai jenis tindakan dilakukan oleh para ahli untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman dan masalah yang dapat membuat sistem dari pipeline tersebut gagal beroperasi. Sumber kegagalan pada sistem pipeline juga bervariasi seperti adanya kelebihan beban pada pipa, third party dan korosi yang menjadi penyebab paling banyak kegagalan pipa. Kegagalan-kegagalan yang ada di sistem perpipaan tentunya tidak diinginkan oleh industri baik industri produsen maupun konsumen minyak dan gas yang menggunakan sistem pipeline sebagai salah satu jalur pendistribusian minyak dan gas. Kegagalan yang terjadi tidak hanya akan berakibat pada proses yang terjadi di industri konsumen, juga akan berdampak pada kerugian di pihak industri produsen minyak dan gas di samping juga berakibat pada kemungkinan terjadinya pencemaran pada lingkungan Rosyid, 2017. Oleh karena konsekuensi yang terjadi akibat kegagalan pada sistem pipeline, maka harus ada tindakan pencegahan dari awal untuk menghindari akibat yang lebih fatal lagi. Sayangnya, selama proses produksi terkadang kebocoran pipa tidak dapat dihindari mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan dan lingkungan. Contoh peristiwa yang kemungkinan dapat terjadi pada pipeline dapat kita lihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan kebakaran pada oil pipeline PT. Pertamina RU Vdi Teluk Balikpapan pada 31 Maret 2018. Akibat yang ditimbulkan dari kejadian ini dari segi ekonomi dapat berakibat pada kerugian yang besar bahkan sampai kebangkrutan pada operator pipeline dan juga dari segi lingkungan yang mungkin juga mempengaruhi sistem pendukung kehidupan makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 299 Sumber Gambar 1. Kebakaran pipa bawah laut di Teluk Balikpapan. Gambar 2 memperlihatkan sebuah peristiwa kebakaran yang terjadi pada pipeline PT. Pertamina di Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 22 oktober 2019. Peristiwa ini dapat berakibat buruk bagi keselamatan pekerja, perusahaan, dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu untuk melakukan penilaian risiko dan pemeriksaan secara berkala di sepanjang pipa. Sumber Gambar 2. Kebakaran pada pipa PT. Pertamina di Cimahi, Jawa Barat. Dari segi manajemen integritas, kegagalan pada pipa dapat dihindari dengan melakukan risk assessment terhadap jalur pipa tersebut. Permasalahan yang timbul dan tidak sesuai dari kondisi desain awal adalah kondisi material pipa, lingkungan, demografi, dan operasi. Peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan industri, dan penyalahgunaan jalur pipa atau ROW right of way adalah contoh perubahan kondisi demografi di jalur pipa. Kondisi risiko tersebut akan mempegaruhi integritas pipa penyalur. Manajemen sistem integritas pipa mengatur dan memastikan bahwa jaringan pipamasih dapat beroperasi dengan aman. Untuk melakukan manajemen integritas ini maka harus dilakukan risk assessment. Risk assessment adalah suatu proses pengukuran terhadap kemungkinan suatu kegagalan dan konsekuensinya apabila kegagalan itu terjadi. Risk assessment bertujuan untuk mengevaluasi risiko dari suatu pipeline dan untuk mengidentifikasikan cara yang efektif untuk mengatasi risiko tersebut Wibowo, 2015. Selain metode Muhlbauer, terdapat metode alternatif lainnya yakni dengan metode Analytic Hierarcy Process AHP dan metode Risk Based Inspection RBI. Metode Analytic Hierarcy ProcessAHP merupakan metode pengambil keputusan multikriteria alternatif setelah diketahui nilai Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan300 risikonya. pendekatan AHP dikembangkan dari teori pengukuran berkaitan dengan kriteria keputusan dalam model keputusan yang mengandung resolusi konfliktual Kusuma, 2017. AHP dapat diintegrasikan dengan metode lain dan integrasi antar keduanya memungkinkan untuk memformulasikan hasil. Salah satu contoh integrasi dengan metode Fault Tree Analytic FTA untuk mendukung kebijakan desain, konstruksi, inspeksi, dan pemeliharaan pipa minyak dan gas dengan mengusulkan strategi seleksi yang optimal berdasarkan kemungkinan kegagalan dan konsekuensi kegagalan Dawotola, 2009. Melihat besarnya dampak akibat faktor kegagalan yang menyebabkan kebocoran dalam kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya suatu sistem yang dapat memudahkan dalam monitoring jaringan pipa dan menganalisis tingkat risiko tiap segmen. Hal ini diperlukan guna mengurangi insiden seperti kebocoran, tumpahan, dan ledakan yang sangat merugikan bagi perusahaan dan juga lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dalam penilain risiko dengan analisis spasial dalam teknologi sistem informasi georafis berbasis web. Sehingga setiap segmen pipa dapat diketahui tingkat risiko bahaya sesuai dengan letak geografis tiap segmen. Dengan adanya teknologi sistem informasi geografis akan sangat memudahkan dalam pemeliharaan dan monitoring jaringan pipa, selain itu dapat meningkatkan efektivitas operasional. METODE Metode yang dilakukan dalam penelitian dan kajian ini ditunjukkan pada diagram alir pada Gambar 3. Penelitian ini dilakukan dengan 1 Studi literatur; 2 Penentuan konsep analisis probabilitas dari metode Muhlbauer 3 Survei dan penentuan jaringan pipa serta pengumpulan data terkait seperti data desain pipa, data geografis jalur pipa, data kepadatan penduduk, data jumlah penduduk, data aktivitas penduduk, data aktivitas lalu lintas, dan data temperatur 4 Pembuatan pemetaan risiko dilakukan dengan menentukan contoh jaringan segmen pipa 5 Melakukan tabulasi data dan analisis risk rating model pembagian tingkat risiko 6 melakukan analisis spasial dengan menggunakan data yang telah terkumpul 7 data disajikan dengan SIG Sistem Informasi Geografis berbasis web dengan menggunakan dasbor operasional untuk monitoring jaringan pipa dan analisis risiko pada setiap segmen pipa. Gambar 3. Diagram Alir Metode Penelitian. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 301 Lokasi penelitian berada pada pesisir kota Samarinda, Kalimantan Timur dengan sampel data dummy untuk bagian jaringan pipa seperti pada Gambar 4. Selain itu, alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu software ArcGIS Pro & ArcGIS Dashboard. Dalam penelitian ini, penilaian risiko dilakukan dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Muhlbauer, yaitu model peringkat risiko. Model peringkat risiko adalah model yang dibangun dengan menerapkan analisis spasial; dan model akan ditampilkan di dalam perangkat lunak sistem informasi geografis SIG Kwestarz, 2017. Ada dua faktor kegagalan dalam model peringkat risiko, yaitu probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Gambar 4. Lokasi penelitian terletak di Samarinda, Kalimantan Timur. Identifikasi Risiko Kegagalan Identifikasi risiko kegagalan pada penelitian ini, dilakukan pada jaringan pipa minyak dan gas yang berpotensi terjadi kebocoran. Metode identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan sistem scoring dari metode Muhlbauer antara lain Syuryana et al., 2016, yaitu 1. Penilaian risiko yang digunakan dengan model indeks pemberian skor sesuai dengan metode Muhlbauer. Pada formula tersebut terdapat empat Indeks Probabilitas Kegagalan Probability of Failure yaitu third party damage index, corrosion index, design index dan incorrect operations index, serta Konsekuensi Kegagalan Consequences of Failureberdasarkan penerapan perusahan yaitu safety, healthy, environmental, dan Pemberian skor indeks probabilitas dan faktor konsekuensi. Masing-masing indeks dari empat indeks diberikan skor sesuai kondisi dan data yang didapat. Pemberian skor sesuai ketentuan dan petunjuk pada buku pipeline risk assessment. 3. Penjumlahan skor indeks probabilitas PoF. Probabilitas kegagalan dan konsekuensi kegagalan memiliki masing masing faktor sebagai berikut. Probabilitas kegagalan. 1. Faktor Kerusakan oleh Pihak Ketiga Third Party Damage Index2. Faktor Kerusakan oleh Korosi Corrosion Index3. Faktor oleh Desain Design Index4. Faktor oleh Kesalahan Operasional Incorrect Operational IndexKonsekuensi kegagalan. 1. Faktor Keselamatan Safety Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan302 2. Faktor Kesehatan Healthy3. Faktor Lingkungan Enviroment4. Faktor Aset AssetFaktor yang digunakan dalam peneilitian ini merupakan faktor dari probabilitas kegagalan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Probabilitas Kegagalan. Faktor Kerusakan oleh Pihak Ketiga Data aktivitas lalu lintas Faktor Kerusakan oleh Korosi Analisis Spasial Metode yang digunakan untuk melakukan tahap selanjutnya yaitu analisis spasial dari data yang telah diperoleh. Analisis spasial yang digunakan dalam melakukan penelitian ini di antaranya clip, buffer, creating point along a line, summarize within, dan classification. Analisis spasial memudahkan dalam proses pengerjaan untuk dapat menghasilkan peta interaktif berbasis web yang dikemas dalam dasbor operational. Dasbor operasional tersebut dapat menampilkan hasil pemetaan dan mengidentifikasi tingkat risiko dari setiap segmen pipa. Analisis Penilaian Risiko Metode yang digunakan untuk menganalisis risiko berdasarkan data yang diperoleh dan menjadikan tingkatan berdasarkan kelas risiko yaitu metode risk rating model dari Muhlbauer. Model ini banyak digunakan di berbagai sistem perpipaan di perusahaan minyak dan gas di dunia yang menggunakan teori pipeline risk management. Tingkat penilaian risiko ditunjukkan pada Tabel 2. Penilaian risiko adalah proses kuantifikasi untuk menentukan risiko apa yang mungkin terjadi dalam suatu sistem. Dalam mendapatkan konsep kualitas dan manajemen yang baik dari suatu proses, melibatkan faktor-faktor yang harus dikuantifikasi. Penilaian risiko dilakukan pada radius 5 km antar-segmen. Penilaian risiko dilakukan dengan pengolahan data faktor probabilitas sehingga dapat diketahui nilai probabilitas. Setelah diketahui nilai probabilitas dari setiap segmen, maka dilakukan penilaian tingkat risiko dengan metode risk rating model Muhlbauer, 2004. Range tingkat risiko pada tabel risk rating model diadopsi dari penelitian yang berjudul “Risk Assessment of Onshore Pipelines in Gresik Area”.Pengkelasan pada range tingkat risiko memiliki tingkat risiko yang berbeda. Range tingkat risiko digunakan untuk melakukan kalkulasi nilai dari setiap indeks. Hasil dari kalkulasi penilaian risiko ditentukan dari besaran nilai setiap indeks pada tiap segmen pipa Rosyid et al., 2017. Tabel 2. Risk Rating Model Muhlbauer, 2004. Penentuan Langkah Mitigasi & Pemeliharaan Penentuan langkah mitigasi risiko kebocoran dilakukan setelah proses analisis spasial dengan menggunakan metode risk rating model dan metode sistem informasi geografis selesai dilakukan. Berdasarkan tingkat risiko yang dihasilkan dapat mempermudah proses pengambilan keputusan lanjutan untuk sistem mitigasi sebagai tujuan untuk pencegahan kegagalan atau kebocoran dan Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 303 menunjang kelancaran operasi minyak dan gas bumi. Selain itu langkah mitigasi bertujuan agar dapat mengetahui sebaran risiko dari setiap segmen dan dapat segera melakukan mitigasi dan pemeliharaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Identifikasi Risiko Kegagalan Probabilitas kegagalan Probability of Failure, PoF atau faktor potensi bahaya pada jalur pipa minyak dan gas dikelompokkkan berdasarkan beberapa bahaya besar yang berada pada sekitar jaringan pipa. Penentuan probabilitas kegagalan pipa dianalisis berdasarkan parameter kerusakan pipa dengan mempertimbangkan bobot masing-masing bahaya yang terjadi dengan sistem scoringyang digunakan berdasarkan metode Mulhbauer. Adapun faktor probabilitas kegagalan yang ditunjukkan pada Gambar 5 dijelaskan sebagai berikut. 1. Faktor Kerusakan oleh Pihak Ketiga Third Party Damage IndexKerusakan oleh pihak ketiga merupakan faktor kemungkinan risiko yang berasal dari segala aktivitas eksternal pihak luar operasional perusahaan yang berpotensi menimbulkan bahaya pada sistem perpipaan. Pada bagian ini data yang digunakan yaitu, data kepadatan penduduk, data jumlah penduduk, data aktivitas penduduk, dan data aktivitas lalu lintas. 2. Faktor Kerusakan oleh Korosi Corrosion IndexKerusakan oleh korosi didefinisikan sebagai kerusakan dari material yang biasanya berupa material logam melakui reaksi dengan lingkungan atau alam. Pada bagian ini data yang digunakan yaitu data temperatur. Dalam probabilitas kegagalan terdapat 5 data untuk melakukan analisis risiko, dikarenakan tiap data memiliki bobot yang sama maka rasio persentase tiap data memiliki nilai 20%. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari kedua faktor di atas, diketahui bahwa probabilitas kegagalan pada jaringan pipa minyak terdapat 7 segmen dan pada jaringan pipa gas terdapat 4 segmen. Hasil penilaian tersebut menunjukkan tingkat risiko pada faktor kerusakan oleh pihak ketiga dapat digolongkan berisiko sangat tinggi. Gambar 5. Hasil persentase data pada faktor kegagalan probabilitas. Hasil Analisis Spasial Hasil analisis spasial dengan beberapa data dari probabilitas kegagalan di antaranya data jumlah penduduk, kepadatan penduduk, aktivitas penduduk, aktivitas penduduk, dan data temperatur. Setelah pengolahan pada semua data, dilakukan klasifikasi risiko pada setiap segmen sesuai dengan nilai tingkat risiko. Visualiasi hasil analisis spasial berdasarkan tingkat risiko pipa ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil Analisis Penilaian Risiko Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kategori risiko dari setiap segmen pipa yang ditunjukkan pada Tabel 4. Persentase risiko jaringan pipa ditampilkan pada Gambar 6. Teori penentuan bobot dimana semakin tinggi nilai yang didapatkan maka semakin berisiko tinggi adanya gangguan oleh pihak ketiga dan korosi terhadap sistem perpipaan. Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan304 Tabel 3. Visualisasi Spasial Tingkat Risiko Pipa. Tabel 4. Penilaian Risiko. Penilaian Risiko Jaringan Pipa Minyak Penilaian Risiko Jaringan Pipa Gas Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 305 Gambar 6. Hasil persentase risiko jaringan pipa. Hasil Dasbor Operasional Pipeline Monitoring System Dasbor operasional yang dirancang dengan analisis spasial dan analisis risk rating modelditunjukkan pada Gambar 7. Dasbor dapat digunakan untuk monitoring jaringan pipa dengan tingkat risiko pada setiap segmentasi pipa, baik pipa minyak maupun pipa gas. Dasbor operasional ini juga memiliki beberapa panel seperti peta interaktif, panel penilaian risiko, daftar tiap segmen beserta informasi actual, dan diagram persentase risiko sesuai dengan kategori tingkat risiko bahaya pipa. Gambar 7. Dasbor operasional sistem monitoring jaringan pipa. Rekomendasi Mitigasi Risiko & Pemeliharaan Mitigasi risiko merupakan tindakan untuk menghilangkan potensi bahaya atau mengurangi probabilitas kegagalan pada pipa. Pengendalian risiko dapat dilakukan secara keteknikan/rekayasa serta manajemen. Rekomendasi mitigasi risiko untuk mengurangi potensi risiko berkaitan dengan faktor kemungkinan kegagalan di antaranya sebagai berikut 1. Kerusakan oleh Pihak Ketiga Salah satu pengendalian risiko pada pipa terkait kerusakan atau high risk level dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar jalur pipa, Hal ini dapat menjadi usulan untuk Corporate Social Responsibility CSR pada perusahan terkait. Jika terdapat instalasi pipa berkelanjutkan, direkomendasikan untuk menghindari wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi dan jaringan jalan padat lalu lintas. 2. Kerusakan oleh Korosi Mitigasi untuk kerusakan oleh korosi terbagi menjadi dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor korosi internal dapat dilakukan dengan metode intelligent pigging secara Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan306 berkala. Intelligent pigging merupakan teknik inspeksi yang digunakan untuk mendeteksi korosi internal dan memonitor kondisi bagian dalam pipeline. Sedangkan faktor korosi eksternal dapat dilakukan dengan metode pelapisan pipa atau coating. Coating merupakan lapisan penutup yang digunakan untuk melindungi pipa dari kontak langsung dengan lingkungan. 3. Dasbor operasional untuk monitoring jaringan pipa dapat digunakan dalam mengetahui lokasi segmen pipa yang memiliki tingkat risiko tinggi. Sehingga untuk pemeliharaan atau inspeksi akan dapat memudahkan operator dalam mengetahui lokasi segmen pipa. KESIMPULAN Penelitian ini menggunakan metode mulhbauer untuk melakukan penilaian risiko jaringan pipa berdasarkan faktor probabilitas kegagalan dan analisis spasial untuk melakukan analisis risiko berdasarkan lokasi dari tiap segmen pada jaringan pipa migas. Hasil dari penelitian ini merupakan kombinasi antara analisis penilaian risiko, analisis spasial dan sistem informasi geografis yang berfungsi untuk mengetahui sebaran potensi risiko tiap segmen pada pipa migas. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan model peringkat risiko dan analisis spasial didapatkan potensi risiko bahaya tertinggi pada jaringan pipa minyak dan gas. Tingkat risiko tertinggi pada jaringan pipa minyak terdapat 4 segmen pipa minyak dan 7 segmen pipa gas. Hasil tersebut berasal dari tingginya nilai yang didapat dari scoringyang menunjukkan adanya risiko kegagalan pada segmen jaringan pipa dari gangguan pihak ketiga dan korosi. Segmen pipa yang berisiko untuk mengalami kegagalan yang menyebabkan kebocoran atau kerugian massal yaitu pada segmen pipa gas dan minyak yang terletak pada wilayah padat penduduk dan dekat jalan raya yang padat aktivitas lalu lintas. Dasbor operasional dengan analisis spasial dapat memberikan visualisasi data skala risiko pada setiap segmen pipa dengan beberapa manfaat lain, seperti informasi pada dasbor dapat membantu pemangku kebijakan untuk bertindak lebih cepat ketika melakukan proses mitigasi dan dapat digunakan sebagai media untuk monitoring pemeliharaan pipa secara berkala sehingga dapat meminimalisir risiko kebocoran pipa. Rekomendasi studi untuk mengembangkan penelitian ini yaitu dengan menambahkan perangkat detektor potensi risiko. Detektor potensi risiko dipasang pada setiap segmen pipa yang dapat berfungsi memberikan notifikasi jika terjadi potensi risiko tinggi terjadinya kebocoran pada pipa migas. Perangkat tersebut ditambahkan dengan beberapa data sehingga dapat lebih akurat dalam melakukan penilaian risiko dan memberikan notifikasi yang terhubung dalam dasbor monitoring jaringan pipa migas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, motivasi, nasehat dan doa bagi penulis. Terima kasih juga disampaikan kepada ESRI Indonesia atad masukan yang sangat berarti dan rekan-rekan Teknik Geomatika Universitas Gadjah Mada yang telah mendukung dan memberikan saran dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Dawotola, Van Gelder, & Vrijling, 2009. Risk Assessment of Petroleum Pipelines using a Combined Analytical Hierarcy Process-Fault Tree Analysis AHP-FTA. Proceedings of the 7th International Probabilistic Workshop. Delft. Kementerian Pertambangan dan Energi. 1997. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor tentang Keselamatan Kerja Pipa Transmisi Minyak dan Gas Bumi. Kementerian Pertambangan dan Energi. Jakarta. Kementerian ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0025K/11/MEM/2010 tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Nasional Tahun 2010-2025 Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Jakarta. Kwestarz, M. 2017. The application of W. Kent Muhlbauer’s model for the risk assessment of District Heating Networks. International Journal of Mechanical and Civil Engineering, 143, 65-73. Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko pada Jaringan Pipa Minyak dan Gas dengan Metode SIG …………………………………Pramono et al 307 Kusuma, D. 2017. Manajemen Risiko Pipa Migas Bawah Laut Dampak Jalur Pelayaran Kapal Peti Kemas Patimban Menggunakan Metode Muhlbauer dan Analytic Hierachy Process AHP di Lapangan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 130 hlm. Martaningtyas, M., & Ariesyady, 2018. Identifikasi bahaya dan analisis risiko pada jaringan pipa transmisi crude oil di PT. X. Jurnal Teknik Lingkungan, 242, 12 - 22. Muhlbauer, 2004. Pipeline Risk Management Manual. Gulf Professional Publishing. Texas. Prabowo, Husodo, & Arumsari, N. 2018. Penilaian Risiko pada Onshore Pipeline Menggunakan Metode Risk Based Inspection RBI. Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application, 127-131. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Surabaya. Rosyid, Jamil, & Wahyudi. 2017. Risk assessment of onshore pipeline in Gresik Area. International Journal of Offshore and Coastal Engineering, 11,29-34. Syuryana, Widyanto, B., & Budiwantoro, B. 2016. Modifikasi metode muhlbauer untuk pemetaan risiko korosi semi-kuantitatif pada pipa penyalur Nasional Tahunan Teknik Mesin XV, 928-937. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Wibowo, F. 2015. Kajian Risiko Pipa Gas Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang KM 32 Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 31, 726-733. Seminar Nasional Geomatika 2020 Informasi Geospasial untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan308 Halaman ini sengaja kami kosongkan ResearchGate has not been able to resolve any citations for this volume is concerned with management of risks involved with cross-country oil or natural gas pipelines. It covers the following topics risk assessment cost, management, and practice; pipeline activities and environmental factors that influence risk; leak management; and database management and data Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300Kementerian Pertambangan Dan EnergiKementerian Pertambangan dan Energi. 1997. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor tentang Keselamatan Kerja Pipa Transmisi Minyak dan Gas Bumi. Kementerian Pertambangan dan Energi. Risiko Pipa Migas Bawah Laut Dampak Jalur Pelayaran Kapal Peti Kemas Patimban Menggunakan Metode Muhlbauer dan Analytic Hierachy Process AHP di Lapangan ArjunaD KusumaKusuma, D. 2017. Manajemen Risiko Pipa Migas Bawah Laut Dampak Jalur Pelayaran Kapal Peti Kemas Patimban Menggunakan Metode Muhlbauer dan Analytic Hierachy Process AHP di Lapangan Risiko pada Onshore Pipeline Menggunakan Metode Risk Based Inspection RBIR L PrabowoA W HusodoN ArumsariPrabowo, Husodo, & Arumsari, N. 2018. Penilaian Risiko pada Onshore Pipeline Menggunakan Metode Risk Based Inspection RBI. Proceeding 3rd Conference of Piping Engineering and its Application, 127-131. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. assessment of onshore pipeline in Gresik AreaD M RosyidM Y JamilWahyudiRosyid, Jamil, & Wahyudi. 2017. Risk assessment of onshore pipeline in Gresik Area. International Journal of Offshore and Coastal Engineering, 11, 29-34. metode muhlbauer untuk pemetaan risiko korosi semi-kuantitatif pada pipa penyalur gasE P SyuryanaB WidyantoB BudiwantoroSyuryana, Widyanto, B., & Budiwantoro, B. 2016. Modifikasi metode muhlbauer untuk pemetaan risiko korosi semi-kuantitatif pada pipa penyalur gas. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV, Risiko Pipa Gas Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang KM 32 PalembangF WibowoWibowo, F. 2015. Kajian Risiko Pipa Gas Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang KM 32 Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 31, 726-733.
perpipaan untuk industri bahan migas